Aku mengambil ibrah dari tangis sebatang tamar.

Tangis sebatang tamar
Memberitahu hati suatu kisah
Yang rindu dalam kesetiaan
Menangisi keuzuran dalam berbakti
Namun dia memuliakan dirimu
Sungguh keuzuranmu adalah
saksi perjuangan
Di sisi Allah dan Rasul.

Lalu hati keras ini menyoal
Apakah umatnya benar-benar cinta?
Benarkah umatnya rindu?
Sedangkan engkau amat
merindukan umatmu
Umat akhir zaman.

Pengorbananmu terlalu banyak
Wahai Rasul kekasih Allah
Setiap solatmu engkau menangisi
kehidupan kami, menitipkan doa buat kami
Hingga air mataku tidak layak
untuk mengenangkannya.

Biar dirimu sudah tiada
Sirahmu menyisipkan kekuatan
hingga umatmu yang raganya
bergolak dengan penindasan
Merindukan syahid di medan Islam
Namun kami, yang jiwanya bergolak
dengan nafsu dan mainan Barat
Bertambah lentur dan luntur.

Sungguh hati ini merasa
tidak layak untuk dirindui
Hisablah sebelum yaumul hisab
Lalu kutangisi masa silamku
Benar kalau aku mencintai
Benar kalau aku rindu
Aku harus berhijrah
Menjadi umat yang engkau rindui
Seperti tangis sebatang tamar
Yang rindu dalam kesetiaannya.

-kalamwarkah-
Baitul sakinah, 21 Jamadil Akhir, 23.58 pm.

Comments

Popular Posts